Thursday, May 21, 2015

Kejadian SUPERSEMAR

Pintu kamar Bung Karno diketuk pengawal. Ada perwira Angkatan Darat yang ingin bertemu presiden. Mereka diutus oleh Suharto. Ada map merah muda di tangan salah seorang jendral. Di dalamnya berisi naskah yang mesti ditandatangani Sukarno.

Naskah itu tidak segera ditandatangani Sukarno. Dia sempat bertanya tentang mengapa kop surat itu dari Markas Besar Angkatan Darat. Seharusnya Surat Perintah itu ber-kop surat kepresidenan.

Tapi pertanyaan Sukarno hanya dijawab Jendral Basuki Rachmat, “Untuk membahas, waktunya sangat sempit. Paduka tandatangani saja”.

Kesaksian ini dituturkan Sukardjo Wilardjito, mantan pengawal Presiden Sukarno.

Sesudah jatuhnya Sukarno, Sukardjo pernah dipenjara oleh rezim Orba selama 14 tahun tanpa proses pengadilan, termasuk menjalani beragam penyiksaan, disetrum puluhan kali dan dipaksa mengaku PKI.

Sukardjo ini pernah mengejutkan orang dengan kesaksiannya yang bersikukuh menyatakan Basuki Rachmat dan Panggabean menodongkan pistol ke muka Sukarno karena ia bimbang untuk menandatangani.

Melihat itu, Sukardjo sebagai pengawal presiden secara refleks mencabut pistol untuk melindungi presiden.

Namun Sukardjo meletakkan pistolnya kembali, karena Sukarno tidak ingin melihat pertumpahan darah.

Surat yang akhirnya ditandatangani Sukarno itu dikenal kemudian dengan nama Supersemar. Surat Perintah Sebelas Maret.

Sukardjo juga bersaksi bahwa yang menghadap Sukarno adalah empat jendral dan bukan tiga jendral seperti yang disebutkan selama ini.

Jendral M. Yusuf (wikipedia)

Keempat jendral utusan Suharto itu adalah:

Muhammad. YusufMaraden PanggabeanAmir Machmud danBasuki Rachmat.


Biarpun ada yang masih meragukan kesaksian Sukardjo itu, tapi dia tetap berpegang pada kesaksiannya itu. Kemudian malah menulis kesaksiannya di bukunya berjudul “Mereka Menodong Bung Karno”.

Kesaksian Sukardjo bahwa Sukarno ditodong, pernah dibantah M. Yusuf dan Panggabean sendiri.

Kesaksian itu juga dibantah oleh A.M. Hanafi mantan Dubes RI di Kuba, dalam bukunya “Hanafi Menggugat”. Sehingga kebenaran kesaksian Sukardjo itu masih perlu ditelusuri lagi. Benarkah demikian?

Ditodong atau tidak, rasanya Sukarno bukan orang yang mudah digertak. Bagaimanapun, apapun alasan Sukarno menandatangani naskah Supersemar, pada dasarnya kesaksian Sukardjo itu menggambarkan situasi yang tidak kompromistik.

Jendral Maraden Panggabean (wikipedia)

Situasi yang membuat Sukarno terjepit. Tak ada waktu bernegosiasi. Pokoknya teken sekarang! Ada bau konspirasi di balik itu. Dan hasilnya adalah lahirnya Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar. Bung Karno menyebutnya dengan istilah SP Sebelas Maret.

Sesudah menandatangani surat itu, Bung Karno masih sempat mengatakan, bahwa surat itu mesti dikoreksi kalau keadaan sudah pulih.

Permintaan itu tidak pernah terwujud, karena ketika menandatangani surat itu, tanpa disadari Sukarno sedang menandatangani kejatuhannya.

Sesudah penandatanganan Supersemar, boleh dikatakan “wahyu sebagai pemimpin” seakan sudah tercabut dari Sukarno.

Sebagai presiden, Sukarno sudah menandatangani ribuan surat. Tapi tandatangannya di surat yang satu ini, Supersemar, menjadi pedang yang menghunus kekuasaannya sendiri.

Jendral Amir Machmud (wikipedia)

Kita tahu, Supersemar adalah surat mandat Sukarno pada Suharto untuk mengamankan negara yang kacau akibat G30S PKI.

Belakangan mandat Supersemar ini ternyata dijadikan legitimasi untuk mengambil alih kekuasaan yang menyingkirkan Sukarno.

Dengan Supersemar itu Suharto memperoleh surat sakti, kemudian bergerak cepat meraih kursi presiden.

Bung Karno yang sadar bahwa Supersemar ternyata dimanipulasi, dalam pidatonya berteriak “Jangan jegal perintah saya!

Jangan saya dikentuti!”. Ini ekspresi kemarahan Sukarno kepada orang-orang yang dianggapnya telah menipunya, melangkahinya dan membangkang perintahnya.

Menjelang kejatuhannya, Bung Karno mulai agak kehilangan kontrol diri. Itu tampak dari pidato-pidatonya yang emosional. Tampaknya Bung Karno mulai frustrasi. Dia sudah mulai merasa ditinggalkan dan dikhianati oleh orang-orang sekitarnya.

Jenderal Basuki Rahmat (wikipedia)

Salah satunya yang bikin Sukarno merasa dikentuti, seperti katanya, adalah Supersemar tadi. Bagaimana tidak? Bung Karno merasa Supersemar diplintir!

Padahal Supersemar dimaksudkan Sukarno untuk memberi mandat pada Suharto agar segera memulihkan keamanan negara, bukan melengserkannya.

Kecurigaan presiden Sukarno bahwa ada persekongkolan yang berniat memanipulasi Supersemar, tercermin dari pidatonya.

Ketika itu Bung Karno mulai melihat tanda-tanda Supersemar yang disebutnya SP 11 Maret itu mulai “dimainkan” oleh Suharto. Karena itu Bung Karno menekankan berkali-kali, dirinya tidak bermaksud mengalihkan kekuasaannya pada Suharto.

Kata Bung Karno, “Dikiranya SP Sebelas Maret adalah surat penyerahan pemerintahan. Dikiranya SP Sebelas Maret itu, suatu transfer of sovereigntyTransfer of authority. Padahal TIDAK! SP Sebelas Maret adalah suatu perintah. SP Sebelas Maret adalah suatu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannya pemerintahan. Pengamanan jalannya ini pemerintahan. Seperti kukatakan dalam pelantikan kabinet. Kecuali itu juga perintah pengamanan keselamatan pribadi Presiden. Perintah pengamanan wibawa Presiden. Perintah pengamanan ajaran Presiden. Perintah PENGAMANAN beberapa hal”.

Berdasarkan pidato Sukarno di atas, timbul kecurigaan orang. Mungkinkah Supersemar “sengaja” dinyatakan hilang? Betulkah naiknya Suharto sebagai presiden adalah inskonstitusional karena bertentangan dengan amanat Supersemar? Dan karenanya Supersemar mesti lenyap secara misterius? Apakah bisa dipercaya begitu saja bahwa dokumen negara sepenting itu bisa hilang?

Dua naskah Supersemar di Arsip Nasional disebutkan hanya fotocopy. Yang janggal, dua naskah itu tidak mirip karena diketik dengan spasi berbeda. Pertanyaannya, yang manakah di antara kedua naskah itu yang otentik? Atau apakah malah keduanya sama-sama tidak otentik?

Menurut kesaksian staf intel Komando Operasi Tertinggi Gabungan-5 (G-5 KOTI) Salim Thalib, naskah Supersemar yang dikenal sekarang adalah palsu. Selain aslinya tidak serapi itu, isi naskah juga tidak sama dengan naskah aslinya.

Jadi betulkah tuduhan beberapa kalangan yang menyamakan ini dengan usaha penghilangan barang bukti? Kalau memang Supersemar tidak diplintir, apa buktinya bahwa Supersemar itu tidak diplintir?

Sebetulnya kenapa Supersemar itu mesti dirancang dan Sukarno mesti dipaksa menandatangani? Ada banyak teori konspirasi rumit tentang ini. Tapi saya tertarik dengan teori berikut ini.

Persaingan PKI dan Angkatan Darat

Latar belakangnya tak lepas dari persaingan antara PKI dan Angkatan Darat. Sebelum terjadinya G30S, persaingan antara PKI dan Angkatan Darat sudah dalam taraf saling jegal menjegal. Bahkan PKI sampai ingin membangun “Angkatan Kelima” dalam militer.

PKI ingin menggeser Angkatan Darat. Dan Angkatan Darat ingin menggeser PKI. Apalagi ketika itu Sukarno sudah mulai sakit-sakitan. Mungkin usianya tidak lama lagi. Pokoknya siapa cepat, dia dapat. Antara PKI dan Angkatan Darat sudah betul-betul sikut-sikutan.

Begitu meletus konspirasi G-30S, inilah kesempatan Angkatan Darat untuk menghancurkan saingan beratnya itu. Tak ada ampun, pokoknya PKI harus musnah. Dan penghancuran itu akan lebih afdol jika presiden sendiri yang mengumumkan pembubaran PKI. Soalnya yang punya hak untuk membubarkan partai politik cuma presiden. Itu adalah hak prerogatif presiden. Tapi tunggu punya tunggu, Sukarno kok belum mau juga membubarkan PKI. Bagaimana ini?

Angkatan Darat melalui tangan Suharto pun mengambil jalan pintas. Potong kompas. Caranya, harus dibuat sebuah surat perintah yang telah terkonsep, yang membuat Angkatan Darat jadi punya alasan yuridis melibas PKI. Konsep surat itu pun dibuat. Konsep Supersemar. Isinya perintah presiden kepada Angkatan Darat (Suharto) untuk mengamankan negara.

Nah, dengan dalih mengamankan negara inilah Angkatan Darat jadi punya alasan mengganyang habis PKI. Angkatan Darat memang berlomba dengan waktu. Harus bergerak cepat. Kalau tidak, PKI bisa kembali bangkit mengumpulkan kekuatan dan mendepak jauh-jauh Angkatan Darat dari panggung kekuasaan. Now or never! Jadi sekarang Angkatan Darat tidak boleh kalah cepat!

Setelah itu Suharto memerintahkan para Jendral tadi untuk membawa surat itu kepada Sukarno. Dengan pesan khusus, “pokoknya harus ditandatangani Sukarno”.

Begitu Supersemar ditandatangani, itulah awal aksi pedang Orba. Nampaknya tanda tangan Sukarno tadi adalah pembuka jalan bagi pelaksana Supersemar untuk mengamankan yang bisa diamankan. Sesudah itu terjadi tragedi mengenaskan.

Di segala pelosok negeri berkubang darah jutaan rakyat dengan alasan pembasmian PKI demi keamanan negara. Korbannya tidak saja PKI, tapi juga orang-orang yang tiba-tiba di-PKI-kan atau dipaksa mengaku PKI. Berjuta rakyat mendadak tak bermasa depan dan terampas haknya karena dicap PKI.

Tak kurang Sukarno sendiri turut menjadi korban. Sukarno mengatakan dia mengutuk sekeras-kerasnya Gestok (G30S PKI). Pelakunya harus dihukum, kalau perlu ditembak mati. Tapi orang yang memperuncing peristiwa G30S PKI, hingga terjadi provokasi membenarkan pembunuhan jutaan rakyat juga harus diadili. Apakah Sukarno bermaksud menujukan ini pada Suharto?

Yang jelas, sesudah pernyataan Sukarno itu, terjadi de-Sukarnoisasi. Kita tahu bagaimana Sukarno diisolasi, dituduh terlibat G-30 S PKI tanpa bukti yuridis.

Tentu saja tuduhan itu aneh. Karena bagaimana mungkin Sukarno dituduh melakukan kudeta terhadap dirinya sendiri? Buntutnya, semua yang berhubungan dengan Sukarno menjadi tabu dibicarakan di masa Orba. Bahkan beberapa departemen men-non-aktif-kan pegawai yang ketahuan pro-Sukarno.

Suharto dan Amerika

Setelah skenario berjalan seperti harapan, “para perancang” Supersemar lalu mabuk kemenangan. PKI yang dulu jadi saingan utamanya untuk merebut “kursi Sukarno” sudah tersungkur. Dan Sukarno sang pemilik kursi juga sudah dipaksa meninggalkan kursinya. Suharto tak menyia-nyiakan kesempatan. Kursi yang kosong tanpa pemilik itu harus diapakan lagi kalau bukan diduduki?

Dan ketika kursi Sukarno tadi diduduki Suharto, di situlah awal mula kasak kusuk politik tentang “penyelewengan Supersemar”. Apakah betul tuduhan bahwa ada permainan sistematis Amerika di balik semua ini?

Yang jelas, dengan diselewengkannya maksud Supersemar, yang paling berbahagia adalah Amerika. Karena itu berarti jatuhnya Sukarno. Akhirnya mimpi Amerika terkabul sudah. Terang-terangan Amerika menyatakan jatuhnya Sukarno sebagai kemenangan Amerika. Presiden Richard Nixon menggambarkan kemenangan itu sebagai, “Hadiah terbesar dari Asia Tenggara”.

Sudah jelas. Karena hadiah sesungguhnya terletak pada kekayaan alam Indonesia yang menanti untuk dikuras. Dan batu penghalang yang menghalang-halangi Amerika menguras alam Indonesia, yaitu Sukarno, sudah dibikin terjungkal. Inilah awal kemenangan Amerika yang sejak 10 tahun sebelumnya ingin menggulingkan Sukarno.

Bung Karno berhasil mengusir penjajahan Belanda. Tapi setelah itu Bung Karno ambruk oleh Amerika. Mungkin karena cara Amerika lebih cerdik. Soalnya Amerika tidak memegang gagang keris secara langsung untuk menikam Sukarno. Keris itu diserahkannya kepada rakyat Sukarno sendiri, yang menghujamkannya langsung ke presidennya sendiri, di antaranya melalui provokasi perebutan kekuasaan dan akhirnya menunggangi G-30S.

Pasca G30S, rakyat menjadi sangat takut dengan yang kekiri-kirian. Ini artinya Indonesia meninggalkan Rusia dan berpaling ke Amerika.

Dan setelah Supersemar dijadikan surat sakti untuk memberantas sisa-sisa G-30S, lalu pemegang Supersemar diangkat menjadi presiden, Indonesia berubah haluan 180 derajat. Hampir semua jabatan vital dipegang oleh perwira Angkatan darat. Sehingga rakyat berbisik takut-takut dan bertanya siapa sebetulnya yang meng-kup Sukarno?

Di bawah pemerintahan yang hampir semuanya orang militer, rakyat Indonesia jadi takut dan kapok dengan yang segala yang berbau kiri. Semua orang tiba-tiba saja beragama. Banyak orang tiba-tiba rajin ke mesjid dan ke gereja. Soalnya takut dituduh PKI. Sehingga kiblat Indonesia berganti ke Amerika, tidak lagi ke Blok Timur.

Rusia yang tadinya sahabat Indonesia sekarang menyingkir. Amerika jingkrak-jingkrak! Soalnya mimpi mereka untuk menancapkan kuku di Indonesia akhirnya terwujud. Indonesia yang di bawah tanahnya banyak emas dan minyak itu akhirnya jatuh ke pelukan Amerika. Apa buktinya?

Kepentingan Amerika cuma satu. Pokoknya modal Amerika mesti masuk ke Indonesia. Hasilnya? Begitu pemegang Supersemar diangkat menjadi Presiden menggantikan Sukarno, maka produk undang-undang pertama yang digodok adalah RUU Penanaman Modal Asing Tahun 1967.

Setelah lahir UU Penanaman Modal Asing, sebut saja sumber daya alam mana di Indonesia yang sampai sekarang tidak dikuasai Amerika? Sukarno telah ditumbangkan oleh Amerika. Dan bagaimana pemangku Supersemar akhirnya lengser?

Ketika ayam jago yang dielus-elus tuannya tidak lagi berguna, maka ayam itu “di-kuali-kan” menjadi ayam sayur. Semua itu berawal ketika “kapitalisme Cendana” ternyata semakin me-raksasa nyaris mendesak kepentingan kapitalisme Amerika. Maka pemangku Supersemar pun akhirnya terdepak pula.

Di mana letak perbedaan kejatuhan Sukarno dan Suharto? Sukarno memang dijatuhkan sesudah menandatangani Supersemar, tapi tak pernah jatuh ke pelukan Amerika. Sedangkan Suharto sudah jatuh sejak awal. Bahkan ketika dia baru saja mengirim utusannya untuk memaksa Sukarno menandatangani Supersemar, di saat itu Suharto telah jatuh ke pelukan Amerika.

Tidak ada kekuasaan yang abadi. Setiap saat kekuasaan bisa saja jatuh. Tapi ada satu hal yang tidak otomatis jatuh bersama kekuasaan. Yaitu kehormatan. (Walentina Waluyanti – Nederland, 4 Maret 2010)

Amerika sebut Supersemar Sebagai Kudeta

Tuduhan bahwa Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) adalah puncak dari kudeta merangkak yang dilakukan Soeharto, semakin jelas dengan adanya dokumen Central Intelligence Agency (CIA). Telegram rahasia dari Kedubes AS di Jakarta kepada Departemen Luar Negeri AS, sehari pasca-Supersemar, menyatakan: Indonesia baru saja melancarkan sebuah kudeta militer (military coup).

Dalam “Membongkar Supersemar”, Sejarawan Baskara T. Wardaya melampirkan telegram rahasia yang ia dapatkan itu. AS tidak hanya menyebut Supersemar sebagai kudeta. Tapi melihat caranya yang merangkak, negara adidaya itu menyebut Supersemar sebagai “kudeta militer yang khas negeri tersebut”.

Isi telegraph rahasia itu adalah: “Setelah lama ditunggu-tunggu kini Soekarno telah mempertaruhkan nasibnya terlalu jauh. Rencana dia untuk menyingkirkan jajaran kepemimpinan militer dan memasukkan seseorang yang dikenal sebagai pro-komunis sebagai Menteri Pertahanan telah mendorong militer untuk memotong kekuasaannya.”

Menteri yang dimaksud AS sebagai pro-komunisadalah Mayjen Sarbini. Dia ditunjuk oleh Presiden Soekarno menggantikan AH Nasution, yang dikenal dekat dengan AS. Saat Supersemar terjadi Nasution tidak menjabat apa-apa lagi. Dia lebih banyak menunggu di rumah sambil melihat dinamika politik yang terjadi.

Dukungan AS untuk penggulingan Soekarno semakin jelas dengan adanya memorandum dari Deputi Asisten Khusus Bidang Keamanan Nasional AS, Robert Komer, kepada Presiden Lyndon Jhonson. Dalam memo itu, Komer menyebut Supersemar sebagai “kudeta yang sukses”.

Memo yang dikirim sehari setelah Supersemar: “Mendukung sukses. Tidak sulit untuk menyadari betapa pentingnya kemenangan AD atas Soekarno (meskipun Soekarno tetap dihormati sebagai simbol negara). Indonesia memiliki jumlah penduduk – dan jumlah sumber alam – melebihi yang ada di seluruh Asia Tenggara. Selama ini Indonesia telah siap menjadi negara komunis yang ekspansionis, yang siap mengancam bagian belakang posisi Barat di Asia Tenggara.”

Dalam “Peristiwa G 30 S yang Saya Alami”, Soebandrio mengatakan, sangat jelas AS takut Indonesia dikuasai komunis. Wakil Perdana Menteri I di kabinet Dwi Kora itu mengatakan ada dua proyek AS di Indonesia. “Hancurkan PKI dan gulingkan Soekarno,” cetusnya.

Soebandrio dan sejumlah menteri yang berhaluan kiri memang banyak duduk di kabinet saat itu. Apalagi hubungan AS dan Soekarno terus memburuk pasca-pernyataan keras Soekarno tentang penghentian batuan negara adidaya ke Indonesia. “to hell with your aid,” cetus Soekarno saat itu.

Setelah Supersemar terbit, PKI mulai diberangus, Soebandrio dan 14 menteri kabinet Dwi Kora yang loyal dengan Bung Karno dan berhaluan kiri, ditangkap dan ditahan. Soebandrio divonis hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.

“Dari posisi orang nomor dua di republik ini, mendadak diadili sebagai penjahat dan dihukum mati,” ratap Soebandrio di penjara Cimahi. Namun, Soebandrio akhirnya lolos dari jerat maut berkat surat Presiden AS Lyndon Jhonson dan Ratu Inggris Elizabeth kepada Soeharto.

“Soebandrio jangan ditembak, saya tahu dia tidak terlibat dalam G 30S”, demikian surat yang akhirnya membuat Soebandrio tetap hidup dan menulis kesaksiannya setelah reformasi meletus.

Arsip Nasional Terus Mencari Supersemar Asli

Kepala ANRI M Asichin meyakini Supersemar asli itu benar-benar ada. Naskah asli Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) entah di mana kini berada. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mengaku hanya menyimpan versi palsu Supersemar.

Mungkinkah naskah asli surat perintah dari Presiden Soekarno ke Soeharto itu ditemukan? “Yang jelas kami terus berupaya,” kata Kepala ANRI, M Asichin, di Jakarta, Sabtu (10/3/2012).

Asichin menjelaskan ANRI telah melakukan pencarian naskah asli Supersemar sejak tahun 2000 atau sejak reformasi membuka tabir kepalsuan surat, yang menjadi bahan ajaran siswa-siswa pada masa Orde Baru.

“Terakhir kami wawancarai Joko Pekik dan Rewang pada 2011,” kata Asichin tentang mantan dua anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), partai yang dibubarkan Soeharto setelah menerima Supersemar.

Namun, kata Asichin, pada wawancara Juni dan Juli 2011 itu, Joko Pekik dan Rewang juga tidak tahu perihal surat tersebut. “Mereka cuma mendengar saat itu soal Supersemar, soal ada tidak ada, mereka tidak tahu,” ujar Asichin.

Dalam rangka mencari Supersemar, ANRI juga pernah mewawancarai keluarga Jenderal (Purn) M Jusuf, salah satu petinggi Angkatan Darat (AD) yang mengantarkan Supersemar dari Soekarno kepada Soeharto. Asichin mengatakan, klaim M Jusuf memiliki naskah asli Supersemar tidak terbukti.

Kepada ANRI, Andi Heri, keponakan M Jusuf yang saat itu menjabat Wakil Wali Kota Makassar mengatakan, “Keluarga kami tidak menyimpan.” Wawancara itu dilakukan pada 31 Agustus 2005.

ANRI juga pernah mendatangi anak Jenderal (Purn) AH Nasution, namun hasilnya juga sama, nihil. “Dia juga tidak tahu,” kata Asichin. Secara pribadi, Asichin meyakini Supersemar asli itu benar-benar ada. Soekarno sendiri pernah mengatakannya pada pidato di HUT Kemerdekaan 17 Agustus 1966.

“Pak Moerdiono juga pernah mengatakan beliau melihat dan beliau yakin ada,” kata Asichin. Mungkinkah naskah asli Supersemar ditemukan? Setidaknya keyakinan kepala ANRI bisa jadi modal untuk mencari Supersemar yang asli, yang telah memberi dampak bagi kehidupan bangsa Indonesia sampai saat ini.

Penemu Supersemar Akan Diberi Penghargaan

Meski UU Kearsipan mengatur ancaman pidana bagi penyembunyi arsip negara, hukuman untuk pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) nampaknya tidak terlalu ketat. Bahkan, Arsip Negara Republik Indonesia (ANRI) menjanjikan penghargaan bagi mereka yang mengembalikan surat sakti dari Soekarno ke Soeharto itu.

“Ya peraturan kan bukan untuk dilanggar,” ujar Kepala ANRI, M Asichin, di Jakarta, Sabtu (10/3). Aschin menjelaskan di UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan juga mengatur soal penghargaan bagi mereka yang memberikan arsip negara yang bernilai sejarah tinggi, seperti Supersemar. “Kita akan gunakan cara-cara persuasif,” ujarnya.

Seperti diketahui, ancaman pidana soal kearsipan di era Soeharto sangat besar. Pasal 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan menyatakan barangsiapa dengan sengaja memiliki arsip negara dengan melawan hukum, maka akan dipenjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun.

Namun, pada revisi terakhir UU itu, yakni UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, aturan pidana soal penyimpanan arsip negara sedikit berubah. Bagi yang memiliki arsip negara secara melanggar hukum ia akan dibui maksimal lima tahun. Dan bagi yang memusnahkan arsip tidak sesuai prosedur yang diatur akan mendapat hukuman maksimal 10 tahun penjara.

Cari Supersemar, ANRI pernah temui Tutut dan Megawati

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) terus berupaya mencari keberadaan naskah asli Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Dalam waktu dekat, lembaga itu akan mewawancari Siti Hardiyanti (Tutut) Rukmana dan Megawati Soekarnoputri.

“Kita akan memasukan permohonan wawancara,” kata Kepala ANRI, Asichin, di Jakarta, Sabtu (10/3/2012). Asichin menjelaskan, adalah penting untuk mencari informasi seputar Supersemar kepada keluarga Soekarno dan Soeharto, sebagai pemberi dan penerima surat.

“Kita akan tanya pernah lihat tidak (naskah asli Supersemar-red), apapun jawaban beliau akan kita arsipkan,” kata Asichin.

Tidak hanya kepada keluarga pemberi dan penerima surat, ANRI juga akan mewawancarai tokoh-tokoh yang dekat dengan konteks peristiwa 1966 itu. Dia menyebut nama Akbar Tandjung dan Cosmas Batubara, pentolan gerakan mahasiswa tahun 1966. “Siapa tahu mereka tahu,” ujarnya.

Dalam rangka mencari Supersemar, ANRI juga pernah mewawancarai keluarga Jenderal (Purn) M Jusuf, salah satu petinggi Angkatan Darat (AD) yang mengantarkan Supersemar dari Soekarno kepada Soeharto. Asichin mengatakan, klaim M Jusuf memiliki naskah asli Supersemar tidak terbukti.  (Laurencius Simanjuntak/merdeka.com)

Keberadaan Supersemar asli masih misterius

Keberadaan naskah Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar yang asli sampai saat ini masih misterius dan belum ditemukan, kata Binner Sitompul, Kepala Pusat Jasa Kearsipan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

“Kami telah melakukan pengujian terhadap empat naskah Supersemar yang ada saat ini, tapi keempat-empatnya belum ada yang asli,” katanya usai acara sosialisasi Undang-undang No.43Tahun 2009 tentang Kearsipan di Tuapejat, Senin (17 Maret 2014) .

Ia menjelaskan, hasil uji forensik tanda tangan pada dokumen/arsip oleh Puslabfor Bareskrim Mabes Polri pada 31 Juli 2012 terkait naskah Supersemar menyebutkan, tanda tangan atas nama Soekarno adalah bukan tanda tangan original atau tarikan langsung, tetapi hasil produk cetak.

Selain itu, lambang Burung Garuda, isi dokumen, dan tanda tangan merupakan hasil produk cetak yang sama, imbuhnya.

Binner mengatakan, sesuai dengan amanat UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, ANRI berwenang melakukan autentikasi arsip statis dengan dukungan pembuktian secara ilmiah, namun pihaknya tetap mengharapkan peran dari berbagai pihak untuk mencari naskah Supersemar yang asli tersebut.

“Ini menyangkut kebenaran sejarah bangsa Indonesia, maka keaslian naskah Supersemar itu memang sudah saatnya dicari oleh semua pihak,” Katanya.

Ia mengatakan, pihak ANRI tidak bisa memastikan apakah naskah Supersemar asli hilang atau sengaja dihilangkan, namun diyakini naskah asli Supersemar memang ada.

“Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1966 yang juga menyebut soal Supersemar dan juga adanya pernyataan mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono pada saat wawancara sejarah lisan di ANRI tanggal 26 April 2008 menyebutkan bahwa dia menyebutkan bahwa Supersemar ada,” terangnya.

Monday, December 31, 2012

Oposisi Tembak Jatuh Puluhan Pesawat Rezim Suriah

Pasukan oposisi Suriah berhasil menjatuhkan 19 pesawat tempur Mig dan 22 helikopter milik angkatan udara rezim Suriah sepanjang tahun 2012, kata Persatuan Komite Koordinasi Lokal Revolusi Suriah dalam laporan hasil surveinya, lansir Al-Arabiya (30/12/2012).

Sunday, February 26, 2012

Larangan Zionis Beribadah di Al Aqsha Langgar HAM

Hidayatullah.com--Larangan beribadah dan penyerangan terhadap umat Islam di dalam kompleks masjid Al Aqsha yang dilakukan tentara Israel, Jumat (24/02/2012) kemarin, menunjukkan negeri Zionis itu telah menodai agama.

Tuesday, January 24, 2012

Capres Prancis Usul Idul Fitri Jadi Hari Libur Nasional

Dalam kampanye pertamanya, calon presiden dari Partai Hijau Eva Joly berpendapat, seharusnya hari raya Islam Idul Fitri dan Yahudi Yom Kippur dimasukkan dalam kalender libur nasional Prancis.

Saturday, January 14, 2012

Zionis Mengebor Minyak di Tepi Barat

    
Otoritas Palestina hari Kamis (12/01/2012) mengatakan, Zionis Israel membuat sumur minyak dan gas baru di Tepi Barat, lasir Arab News.

 

Blogger news

Blogroll

About